Mega Aulia

batasan untuk belajar dan platform yang nyaman

alasan utama saya belajar github dan hugo,

Adalah karena saya pengen punya personal site tapi nggak mau bayar mahal. He he. Awal mula keinginan ini adalah untuk mencari platform ekspresi pribadi yang sederhana.

Oke, bukankah opsi gratis lainnya masih banyak?

Awalnya saya pengen bikin personal site yang simpel untuk keperluan saya sendiri. Akhirnya saya menggunakan google sites. Memang pada awalnya cukup, tapi tampilannya sangat membatasi.

Oke deh, itu masih bisa diakalin. Tapi, dia ngga punya integrasi modul blog ke dalamnya. Blog sangat penting buat saya karena ada unsur jurnal dan sosialisasi, bagian yang saya suka dari perinternetan.

Google punya blogspot but its just not the same. Plus harapan google mengintegrasikan keduanya adalah harapan yang kejauhan. Hal paling realistis yang bisa terjadi untuk Google Sites adalah ditutup. 😹

Sementara blogspot sudah punya realm sendiri—blog adalah blog. Tampilannya ya dioptimasi untuk blog. Plus berasa ribet aja buat situs personal. Lain dengan lifestyle blog saya yang memang dibuat untuk “tumbuh” di sana.

substack dan medium adalah tempat menulis dan bersosialisasi, namun tidak punya personalisasi

Kalau emang bukan orang tech, mending tahu diri aja nggak sih? (Saya maksudnya). Ada platform gratis yang memang digunakan untuk nulis dan bersosialisasi.

Yap, tapi saya tetap butuh faktor personal-nya. Saya mau menyimpan hal-hal yang nggak cocok aja gitu disimpan sekadar jadi substack atau medium post, seperti library rant- saya yang isinya ngablu itu.

wordpress kurang nyaman dan sustainable

Buat orang lain, wordpress adalah a safe choice. Self-host wordpress is the norm, apalagi di Indonesia. Saya mencoba opsi ini tapi merasa software wordpress terlalu “wah” untuk saya yang kebutuhannya sederhana. Biayanya masih normal sih untuk saat ini, meskipun kayaknya kalau udah ngga ada penghasilan tetap (alias pensiun) saya agak males bayarnya.

Selain itu, self-host wordpress membutuhkan perawatan ekstra karena maintenance murni ada di tangan kita sebagai pemilik dan hosting service yang kita gunakan. Dengan banyaknya plugin dan hal-hal yang harus diperhatikan, plus risiko lainnya, saya akhirnya mundur dari opsi ini.

Bagaimana dengan wordpress.com?

Opsi ini cukup doable, dengan biaya yang cukup steep. Kalau buat personal site kemahalan (kurleb 600 ribu per tahun, 50 ribu per bulan). Mengingat saya punya cukup banyak langganan online, kayaknya mikir dulu nih. 🤣

bearblog, cukup oke untuk situs personal

Dua bulan menggunakan bearblog, di luar dugaan, saya cukup nyaman dengan platform ini. Saya kira saya hanya akan pakai ini buat iseng, ternyata platform ini bisa bikin saya cukup teralih dari media sosial. 👏🏻 writing a post is just as easy as a tweet. I like this platform so much. 😍

Kekurangan platform ini memang banyak batasan. Tapi batasan itu memberikan fokus utama kita sesungguhnya, menulis. Saya nggak butuh kolom komentar (but maybe webmention), saya juga hanya perlu halaman-halaman sederhana (yah, walaupun pengen dipercantik sedikit sih).

Kalaupun saya pakai Hugo, dengan banyak keterbatasan teknis, saya juga ngga akan bisa memolesnya hingga cantik-cantik amat. Saya akan tetap menggunakannya seperti bearblog, i guess.

Selain itu, Herman (pengembangnya) juga memberlakukan purchase parity. Super sensible of him. Karena saya berasal dari Indonesia, tarif USD 48 setahun bisa mendapatkan diskon 50%, jadi USD 24/tahun, sekitar 400 ribu atau 35 ribu/bulan. Harga satu kali makan cuankie stasion. Sangat sustainable!

Terakhir, bearblog juga punya lifetime plan. Harganya USD 200. Buat saya, ini harga yang sangat cukup untuk fasilitas yang didapatkan. Jaminan konten tetap terjaga dan pengembang yang memang punya interest tinggi pada proyeknya, membuat opsi ini cukup bisa dipertimbangkan.

hobi yang ingin saya keep sampai tua

Kalau Allah kasih umur panjang, saya mau situs ini tetap ada di internet. Jadilah saya pakai domain murah, biar bisa bayar sekaligus buat sepuluh tahun kalau mau.

Kalau saya sudah tua, kemampuan finansial tentu tidak sekuat sekarang saat masih produktif. Boro-boro, kalau punya anak saja, prioritas finansial akan pivot jauh. Prioritas blog ini tinggi namun opsinya harus sustainable. Maka dari itu, setelah menuliskan kemungkinan-kemungkinan di atas, saya pun memutuskan hal ini.

rencana belajar jalur lambat

Fokus saya saat ini adalah sampai mana saya bisa mengutilisasi github pages sebagai situs gratisan. Personal site saya mostly only using text and some occasional photos.

Sesungguhnya, yang saya ingin capai ini sederhana saja. Ingin mencoba apakah setelah berhasil, proses updatenya mudah juga. Kalau ternyata lebih repot daripada bearblog, saya mau coba bearblog premium aja barang setahun-dua tahun.

Siapa tahu setelah itu jadi lebih bisa hugo, atau malah pindah wordpress. Siapa yang tahu? Yang pasti, tiga opsi itulah yang sekarang lagi saya pertimbangkan.

Kebiasaan blogger kayaknya emang menggalaukan platform apa yang dipake. Sebuah hal jamak saya temukan di postingan para blogger lainnya.

Mari kembali ke postingan ini satu-dua bulan lagi! 😅


Reply via email

#id #learning